Selasa, 10 Agustus 2010

Raider 125 goes to Cangar (again) part2 – macet agustusan


Pulang dari Cangar cuaca agak mendung. Jalanan pun diselimuti kabut. Suasana bertambah dingin dan dramatis. Ternyata cuaca mendung ini pertanda sesuatu yang akan kami alami. Beberapa kilometer sebelum memasuki kota Batu kami terjebak macet. Ada pawai agustusan daerah setempat. Saya berada persis di belakang penari jaranan yang sedang kesurupan. Beberapa kali saya kena pecut untung tidak keras. Saya terkena pecut agak keras pas melintas di samping jaranan yang dirasuki roh ngawur ini. Cplass... satu sabetan mengenai visor helm saya. Untung saja saya yang kena. Padahal beberapa saat sebelumnya di sebelah saya ada ibu – ibu yang membonceng anaknya. Karena anaknya takut jaranan si ibu pun minggir. Coba kalau ibu ini yang kena. Dengan baju dan helm seadanya pastinya terasa sakit kalau kena.


jaranan yang menggila...

begini jadinya kalau kerasukan roh ngawur..

Putus asa karena macet parah akhirnya kami putuskan untuk berhenti sejenak. Saya nggak habis pikir dengan panitia pelaksana acara ini. Acara pawai ini digelar di jalan dua lajur yang sempit. Jalan ini adalah satu satunya jalur normal menuju 2 tempat wisata yaitu selecta dan cangar, sehingga banyak dilalui bus pariwisata. Karena ada beberapa bus wisata di jalur ini macet pun bertambah parah. Seharusnya acara pawai semacam ini dilakukan di jalan yang lebih lebar. Atau juga digelar di jalan yang memiliki jalan lain sebagai alternatif. Peringatan kalau ada pawai juga harus diberikan jauh sebelumya di jalur yang dipakai. Kemarin, jalan ini hanya dipalangi dua kursi kayu panjang yang diduduki hansip. Kalau memang macet total sebaiknya memberi peringatan. Karena kemacetan ini merugikan semua pihak. Peserta pawai pasti sangat terganggu dengan kendaraan yang berlalu lalang. Kasihan. Padahal mereka sudah berusaha total dengan kostum dan riasan khusus. Penonton pun kecewa. Karena bukannya menyaksikan tari tarian atau pertunjukan lainnya namun justru hanya bisa melihat bus dan kendaraan lain yang terjebak macet.

Kami pun mencoba untuk mencari jalur alternatif. Berdasarkan informasi pak penjual bakso akhirnya kami mencoba rute yang melewati selecta. Rute ini melalui jalan yang kecil dan kondisinya lumayan parah. Beberapa tempat menanjak dan menurun ekstrim. Sebuah pikup mitshubisi bahkan harus melorot nggak kuat nanjak. Setelah tanya – tanya beberapa kali termasuk sms teman akhirnya kami paham rute yang harus kami lalui. Setelah berkelok kelok nggak jelas menyusuri jalan akhirnya kami sampai di suatu tempat. Tahu yang terjadi? Kami berpapasan dengan pawai pembawa bencana ini untuk kedua kalinya. Apes......ternyata pawai ini juga masuk ke jalur alternatif kami. Sungguh pawai teraneh yang saya temui. Tidak menyisakan jalan. Bahkan jalur alternatif pun diembat. Total kami bertemu pawai ini sebanyak 3 kali dan kami terjebak macet sekitar 2,5 jam.

pusing macet, akhirnya minggir dulu bentar
Setelah berkutat dengan macet sampe bikin pusing kepala akhirnya kami berhasil bebas. Badan yang tadi rileks sekarang capek lagi. Plus lapar yang sangat. Kami mampir lagi ke alun alun untuk makan. Perut kenyang setelah diisi nasi krengsengan dan teh manis. Perjalanan pun dilanjutkan ke Malang. Ternyata macet adalah sahabat kami paling akrab hari ini. Pas perjalanan pulang kami sekali lagi bertemu macet. Namun kali ini kami searah dengan penyebab macet. Cerita tentang macet ketiga ini bisa di baca di link berikut.
macet lagi

Sampai kosan tenaga tinggal beberapa watt. Nggak sampai larut malam saya sudah KO terbuai mimpi. Hmmh...hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan...namun tetap, tidak akan kapok untuk Cangar part 4 5 dst..hehe

0 komentar: