Senin, 28 Juni 2010

Touring tidak selamanya indah karena cuaca tidak selamanya cerah

Setelah 2x saya cukup beruntung pulang kampung dan kembali ke malang dengan cuaca mendung yang sejuk, kali ini kelihatannya keberuntungan itu habis. Yup, saya kehujanan. Padahal saya sudah merencanakan untuk istirahat lagi di waduk sambil makan camilan yang saya bawa. Ee... ternyata hujan.

Untung perlengkapan hujan saya lumayan lengkap. Berbekal jas hujan two pieces dan pelindung tas punggung parasit Eiger, saya melanjutkan perjalanan. Namun yang membuat saya jengkel adalah visor helm murahan saya. Ketika turun hujan waktunya menjelang magrib dan ditambah mendung jadi lumayan gelap. Ditambah lagi bercak bercak air di visor saya apabila terkena sinar lampu kendaraan dari arah berlawanan akan membiaskan sinar tersebut yang sangat mengganggu pandangan.

Dengan terpaksa saya buka visor dan menikmati tetesan hujan. Beberapa kali saya menelan air hujan. Ini merupakan salah satu strategi (strategi konyol sebetulnya, hehe..). Entah ini juga dipakai orang lain atau hanya saya sendiri. Sejak saya kecil kalau kehujanan saya menelan sedikit air hujan biar tidak pilek. Konyol ya? Hehe. Air hujan yang menerpa wajah bukan masalah besar. Segar malah. Yang jadi masalah adalah serangga yang beterbangan. Karena rute yang saya lewati banyak areal persawahannya. Serangga ini biasa muncul ketika menjelang magrib. Mungkin terkesan sepele ya? Serangga. Namun, dengan kecepatan 70-80 km/jam serangga ini lumayan menyakitkan apabila terkena wajah. Lebih lebih apabila terkena mata.

Alhamdulillah sampe di tujuan dengan selamat sehingga saya bisa posting tulisan ini.

2 komentar:

Mukhtarom Ali mengatakan...

klo hujan ya mampir warung dulu. Ngopi, ngudud ma ngemie. dijamin maknyosss..hahahaha

obie mengatakan...

hahahaha, tul mas... pdhl motor baru dicuci eee... kudanan hehe